Saturday, May 19, 2007
Solitude
Dan kaupun terusir dari rumah
sebatas kata lembut namun tegas
sekuat hasrat diri dan kehormatan kaum
sebesar dosa yang tak berampun
Dan kaupun terusir dari rumah
sembilan belas tahun sudah,
mama gagal mendidikmu
pergilah, bawalah apa yang bukan dariku.
Tak lagi mama ingat telah melahirkanmu.
O demi cinta karena cinta
kaupun terusir dari rumah . . .
Mama maafkanlah adek,
adek sayang sama mama . . .
Tlah kau coreng muka mama
Siapakah laki-laki itu?
Jangan pernah kembali ke rumah ini
Oleh karena cinta
benih laki-laki kecintaannya
Oleh karena aib
dua minggu digugurkannya
sebatas kata lembut namun tegas
sekuat hasrat diri dan kehormatan kaum
sebesar dosa yang tak berampun
Dan kaupun terusir dari rumah
sembilan belas tahun sudah,
mama gagal mendidikmu
pergilah, bawalah apa yang bukan dariku.
Tak lagi mama ingat telah melahirkanmu.
O demi cinta karena cinta
kaupun terusir dari rumah . . .
Mama maafkanlah adek,
adek sayang sama mama . . .
Tlah kau coreng muka mama
Siapakah laki-laki itu?
Jangan pernah kembali ke rumah ini
Oleh karena cinta
benih laki-laki kecintaannya
Oleh karena aib
dua minggu digugurkannya
Dan kaupun terusir dari rumah . . .
Duka dan lara tak mengusik senyum riangmu
Naluri kemudaanmu membuncah gejolak hati
Penuh rindu pada sang kekasih
Kasih, aku kini sebatang kara
Kutunggu engkau di tempat biasa
Darinya ku kan menapak jalan
yang tak pernah kulalui . . .
Duka dan lara tak mengusik senyum riangmu
Naluri kemudaanmu membuncah gejolak hati
Penuh rindu pada sang kekasih
Kasih, aku kini sebatang kara
Kutunggu engkau di tempat biasa
Darinya ku kan menapak jalan
yang tak pernah kulalui . . .
Labels: Poems
waduh. kisah nyata nih, mas?